Selasa, 22 Januari 2013

Tips Nulis Cerpen ~~~ヾ(^∇^) ヾ~~~

  Tips Menulis Cerpen


Bagi calon penulis ataupun penulis pemula, kadang memang masih terkesan ragu untuk menghasilkan sebuah karya tulis. Perasaan minder, takut karyanya jelek dan sebagainya selalu menghantui, yang justru itu malah menghambat dalam menuangkan ide. Karena itu pada saat mau menulis, sebaiknya kita hilangkan dulu ketakutan dan pikiran negatif yang ada di kepala. Yang harus di eksplore adalah pikiran positif dan rasa percaya diri, agar ide bisa mengalir lebih lancar.

Dalam menulis sebuah cerita, ada 2 jenis penulisan yaitu cerita pendek (cerpen) dan cerita panjang (novel). Perbedaan yang paling jelas antara cerpen dan novel adalah dari durasi ceritanya. Jika cerpen biasanya ditulis dengan menggunakan 500-10.000 kata atau sekitar 3-10 lembar kertas A4, sementara novel tidak ada batasannya atau tergantung kemampuan si penulis. tahap menulis novel komersial sudah pernah saya ulas dalam artikel sebelumnya. 

Pada saat menulis cerpen, kita harus cermat dalam pemilihan kata. Hal ini dikarenakan terbatasnya durasi dan lingkup cerita dalam sebuah cerpen. Untuk itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan, agar cerpen yang kita buat memiliki cerita yang jelas serta dipahami oleh pembaca. Berikut ini adalah paparannya:

  • Pemilihan Topik/Tema
    Topik atau tema adalah ide cerita dari sebuah tulisan, dan biasanya mengandung pesan, nilai-nilai atau tujuan yang akan disampaikan kepada pembaca. Tema ini pula yang menjadi benang merah yang menghubungkan awal dan akhir dari sebuah cerita. Karena durasi cerpen yang pendek, maka apapun yang kita tulis harus disesuaikan dengan tema agar cerita tidak melantur kemana-mana.
  • Pengaturan Durasi (Tempo Waktu)
    Cerpen yang efektif akan berisi cerita dengan tempo waktu yang pendek. Biasanya cerita sebuah cerpen hanya berkisar tentang satu kejadian yang dialami oleh si tokoh cerita. Bisa jadi isi ceritanya hanya terjadi dalam satu hari atau beberapa jam saja, tidak seperti menulis novel yang bisa menuliskan kehidupan tokoh cerita dari mulai bayi hingga tua. Karena waktu yang singkat inilah, usahakan agar kejadian yang kita ceritakan bisa sesuai dengan tema cerita.
  • Penentuan Setting
    Karena ini adalah cerita pendek, maka jumlah kata yang akan kita tulis juga terbatas. Untuk itu setting atau lokasi kejadian yang kita tentukan haruslah tepat dan mendukung jalannya cerita. Tidak perlu banyak membuat setting, karena akan membuat jalan cerita mengambang alias tidak jelas. Misal untuk menulis cerita tentang kisah cinta pertama, kita bisa mengambil lokasi di sekolah, atau kampus, atau tempat kerja dan rumah si cewek. Jadi tidak perlu kita menceritakan kejadian saat ketemu di toko buku, pasar, taman, mall, food court dan lainnya.
  • Pemilihan Tokoh
    Sebuah cerpen cukup memiliki maksimal 4 tokoh saja untuk menjaga efektivitas cerita. Terlalu banyak tokoh akan membuat cerita menjadi kabur. Dari tokoh-tokoh tadi, kita harus memilih tokoh utama yang akan menjadi fokus cerita yang kita buat. Tidak perlu terlalu panjang lebar dalam menjelaskan para tokoh, cukup singkat saja karena ini hanyalah sebuah cerita dengan durasi yang pendek.
  • Penyisipan Dialog
    Meski ini adalah sebuah cerita pendek, namun ceritanya menjadi kurang bermakna jika hanya berisi narasi tanpa dialog. Dialog adalah pendukung yang akan menguatkan karakter tokoh dan mempertegas jalan cerita. Namun perlu berhati-hati dalam menyisipkan dialog ini, jangan sampai terlalu panjang. Buat saja dialog yang bisa sejalan dengan tema. Jika terlalu melebar, lebih baik dialog yang tidak penting dihapus saja.
  • Pembuatan Alur Cerita
    Untuk membuat cerpen yang bisa membuat pembaca akan mengikuti jalannya cerita sampai akhir, sebaiknya kita membuka dengan sebuah paragraf yang menarik. Alur cerita selalu dimulai dengan pembuka, kemudian inti/isi cerita dan diakhiri dengan penutupan (ending). Karena dibatasi dengan durasi yang pendek, maka sebisa mungkin kita membuat alur cerita yang singkat dan jelas. Tidak perlu memutar-mutar cerita sehingga terkesan bertele-tele, yang membuat ending cerita tidak bisa klimaks. Meskipun kita membuat alur ceritanya singkat dan jelas, tapi tetap usahakan agar pembaca tidak bisa menebak akhir cerita secara dini (istilahnya (twice ending). Kita harus pandai membuat cerita yang membuat pembaca penasaran dan selalu menebak-nebak hingga terus membaca hingga akhir cerita.

  "Seribu langkah akan bisa ditempuh, dengan sebuah langkah pertama."


Sumber : http://arie5758.blogspot.com/2012/04/tips-menulis-cerita-pendek-cerpen.html#ixzz2Ig5PZqXf

Senin, 14 Januari 2013

Pengalaman pribadikuu (^∇^)



Kali ini aku mw ngepost tentang pengalaman pribadi akuu..


Pada hari itu, 21 Juni 2012, aku, Hanifah, Tifa, Mega, Icha, dan Hani pergi ke Sakola. Sakola merupakan salah satu Toko populer di kota Jogja yang terletak di selatan SMP Muh 3 Yogyakarta. Jam menunjukkan pukul 08.30 WIB, karena di sekolah Kami tidak ada kegiatan kami pun berjalan keluar sekolah untuk memulai perjalanan. Namun, disaat aku menghitung teman – temanku ternyata baru ada 4 orang, padahal disaat perencanaan kemarin ada 5 orang yang ingin ikut. Aku pun teringat bahwa hani belum ada, lalu aku dan teman – temanku kembali kedalam sekolah untuk mencarinya. Akhirnya kami bertemu dengannya di samping kelas. Kami bertanya padanya apakah ia akan ikut atau tidak. Dia berkata bahwa dia ingin ikut, namun dia harus menyelesaikan tugas pramukanya. Kami pun menunggunya sambil membicarakan tentang kemah akhir semester yang akan diadakan di sekolah kami.
Sesudah Hani selesai mengerjakan tugasnya, kami pun berjalan menuju Jalan Wates yang letaknya cukup dekat dengan sekolah kami. Kami menunggu bus yang ingin kami tumpangi. Tidak beberapa lama bus yang ditunggu – tunggu pun datang. Kami naik ke dalam bus itu, lalu duduk di tempat duduk yang tersisa. Bus itu cukup padat sampai – sampai tifa harus berdiri sebab sudah tak ada kursi yang tersisa. Ditengah perjalanan beberapa orang turun dari bus, akhirnya tifa pun bisa duduk. Setelah bus hampir sampai di depan sakola aku dan teman- temanku sudah bersiap untuk turun. Sesudah turun dari bus, kami menitipkan tas lalu melihat – lihat baju dan accessoris  yang ada di sana. Setelah sekian lama melihat – lihat, teman – temanku pun membeli baju atau accessoris. Aku memutuskan untuk membeli sebuah kaos yang bermotif garis.
Setelah capek berkeliling Sakola. Walaupun jam belum menunjukkan pukul 12 siang, kami memutuskan untuk makan sebab sedari tadi perut kami sudah keroncongan. Kami melihat sekeliling untuk mencari toko yang menjual makanan. Ternyata di seberang jalan terdapat sebuah toko pizza, kami langsung menyebrang jalan dan masuk ke dalam toko itu. Sesampainya di dalam toko itu kami memesan satu kotak pizza. Pizza yang kami pesan pun jadi, lalu Tifa menyodorkan uang Rp. 12.000. Dengan semangat tifa mengajak kami semua untuk memakan pizza itu. Setelah kami buka kami pun terheran – heran ternyata pizza yang kami beli hanya berjumlah 4 potong sedangkan jumlah kami ada 6 orang, kami pun tertawa terbahak – bahak. Akhirnya kami memesan 1 kotak pizza lagi. Setelah pizza itu sudah berada di tangan kami, kami pun membaginya, lalu memakannya bersama – sama. Sesudah kenyang, kami berniat untuk pulang. Namun, tiba – tiba Tifa mengajak aku, Hani, Hanifah, Mega dan Icha untuk pergi ke rumah Tantenya yang berada di dekat Mu’alimat. Kami setuju, dengan idenya. Kami berjalan dari Sakola sampai ke rumah Tantenya Tifa. Sesampainya di sana tifa mengajak kami untuk mengambil air wudhu dan sholat berjamaah.
Sholat pun selesai, aku dan kelima temanku itu mendapat ide untuk bersepeda ke Alun – alun Selatan, kami pun menyewa sepeda. Kami pun sampai di suatu jalan yang di sampingnya terdapat suatu tanah lapang. Kami piker itu adalah Alun – alun Selatan, namun setelah kami bertanya pada seorang penambal ban ternyata itu adalah Alun – alun Utara. Sesudah bertanya di mana letak Alun – alun Selatan, kami pun bersepeda lagi untuk ke sana. Sesampainya di Alun – alun Selatan kami berfoto – foto. Karena hari sudah sore, kami  kembali ke tempat penyewaan sepeda itu. Sesudah membayar kami langsung menuju jalan raya untuk menunggu bus. Namun, karena uang kami kurang, akhirnya kami berjalan hingga perempatan Wirobrajan. Setelah sampai di sana kami naik bus jalur 15.
Kali ini aku dan teman – temanku tidak turun di tempat menunggu bus waktu kami berangkat tadi, tetapi kami turun di rumah Hanifah. Lalu, aku mengirim pesan pada Ibuku untuk memintanya menjemputku. Senang rasanya melakukan perjalanan ini. Walaupun cukup capek, tetapi perjalanan ini tetap paling berkesan bagiku, ternyata sesuatu yang tidak direncanakan sebelumnya bisa berakhir sebaik dan seseru ini.  
   
Gt dehh critanyaa. . .

ƪ˚)ʃ