Antara Aku, BBM dan Bis
Jogja – Godean
Seperti anak remaja
yang lain, aku menjalani aktivitas utamaku sebagai pelajar. Aku adalah seorang
pelajar Sekolah Menengah Atas, namaku Nadia Muna Salma akrab disapa Muna. Aku
baru saja menyelesaikan program studi di Sekolah Menengah Pertama dan itu artinya
aku masih kelas X, tepatnya di X MIA 3. Di SMA ini aktivitasku agak berbeda
dengan di SMP, dulu aku biasa diantar jemput oleh orangtuaku sedangkan saat ini
aku hanya diantar saja dan pulangnya ‘Ngebis’. Masih beruntung, aku hanya perlu
naik satu bis agar bisa sampai ke dekat rumahku. Aku hanya perlu menunggu bis
bertuliskan Prayogo, Jogja – Godean itu di arah barat perlimaan pojok beteng
kulon.
Pagi ini, aku
menjalankan aktivitas seperti biasa. Saat perjalanan berangkat sekolah jalan
sudah cukup padat. Aku hanya mencoba untuk menelusur pandangku pada kendaraan –
kendaraan besar terutama bis. Aku mencoba untuk mencari bis berbadan abu- abu
dan bertuliskan Prayogo pada badannya itu. Setelah memasuki daerah Demakijo
terlihat bis yang sedari tadi kucari itu terlihat tergesa – gesa melewati traffic light yang sudah berganti warna
dari hijau menjadi orange. Hatiku terasa lega karena adanya bis Prayogo itu
mengisyaratkan bahwa bis jurusan Jogja – Godean ini tidak ikut mogok operasi.
Kemarin, aku mendengar berita dari Televisi kalau organisasi angkutan darat
atau disingkat Organda akan melakukan mogok operasi di seluruh wilayah
Indonesia hari ini untuk menuntut disahkannya kenaikan tarif penumpang. Namun,
terdapat beberapa angkutan umum yang tetap beroperasi dan mengaku jika tidak
mendapatkan penghasilan jika tidak beroperasi. Mereka yang beroperasi ini
menaikkan tarif penumpang secara sepihak agar tidak merugi.
Sesampainya di sekolah,
aku memasuki kelasku dengan santai. Aku langsung menuju deret bangku kelima
dari pintu. Disana sudah banyak teman-teman yang sedang asik mengobrol. Aku
menyela “Selamat pagi kawan” sambil mengulurkan tanganku pada satu persatu
teman yang ada disana. Tiba – tiba Anita memanggilku “Hei mun!”
“Ya?” Jawabku singkat.
“Nanti hati – hati lho pulangnya! Kan kemarin BBM
habis naik, aku juga sempat denger kemarin kalau hari ini transportasi darat
pada mau mogok kerja.” Ujarnya panjang lebar.
“Terus kenapa?” Lanjutku bertanya.
“Astaga, pakai nanya. Kamu kan biasanya pulang
ngebis, nah bisa aja nanti nggak ada bis gara – gara Organda mau mogok operasi
nasional.” Jawab Anita.
“Oh, soal itu. Aku juga udah denger kemarin di TV.
Yang katanya Organisasi Angkatan Darat pada mau menuntut tarif
penumpang ditingkatin gara – gara kenaikan BBM itu kan?” Sahutku.
“Yap” Jawabnya singkat.
“Santai aja, aku tadi di jalan udah
liat ada bis jurusan Jogja – Godean kok. Itu artinya Jogja – Godean nggak ikut mogok
operasi. Hehe” Jelasku dengan santai.
Bel
masuk pun berbunyi. Aku pun berjalan ke tempat dudukku yang berada di belakang
bangku Anita dan Tiwi, aku menaruh tasku lalu duduk. Pelajaran berjalan seperti
biasanya. Aku cukup bersemangat menjalani hari ini karena hari rabu adalah hari
pulang satu jam lebih awal bagi siswa X MIA 3. Walaupun aku tidak terlalu
menyukai pelajaran matematika peminatan yang banyak rumus dan menghitung,
setidaknya pulang satu jam lebih awal cukup menghibur diriku sehingga tetap
bersemangat di hari ini. Tak terasa jam demi jam pelajaran berlalu, jam ketujuh
pun usai. Aku segera membereskan alat tulisku dan memutuskan untuk segera
menuju perlimaan pojok beteng kulon agar bisa mendapat bis lebih awal.
Sesampainya
di tempat menunggu bis, aku duduk disebuah kursi panjang berwarna merah.
Disitulah aku dan teman – teman ngebisku biasa menunggu bis. Namun, kali ini
aku hanya menunggu bis sendirian karena teman – temanku belum pulang. Aku
menunggu bis dengan bermain game yang ada di hpku. Aku hanya akan fokus melihat
ke arah jalan setelah indikator waktu lampu apill menunjukkan detik 30 hingga
lampu berubah menjadi hijau. Hingga tiga puluh lima menit berlalu, jam
menunjukkan pukul 14.00 WIB, aku masih belum mendapat bis. Padahal biasanya
pukul 13. 50 WIB, bisnya sudah datang. Aku mulai resah, “Jangan – jangan,
bisnya ikut demo terus nggak ada bis.” Ucapku dalam hati. Namun, aku menepis
pikiran itu dengan berpikir bahwa bisnya telat 10 menit.
Beberapa
menit kemudian datang dua teman ngebisku, Firda dan Suci. Mereka duduk
disampingku, kami pun mengobrol tentang berbagai hal. Lima belas menit
kemudian, bis jurusan Jogja – Wates berbadan hitam legam melewati kami dengan
hati-hati. Firda segera berdiri dan menarik lengan Suci. Suci berkata “Duluan
ya, Mun”. Firda juga mengisyaratkan hal yang sama dengan melambaikan tangannya
padaku. Setelah mereka pergi, sepi pun kembali terjadi. Aku memutuskan untuk
membuka akun instagramku. Waktu terus berjalan, satu jam pun berlalu. Kini jam
tanganku menunjukkan pukul 15.00, bis yang kutunggu masih juga belum datang.
Tiba – tiba ada seorang wanita paruh baya menghampiriku.
“Adik? Adiknya nunggu bis Jogja –
Godean?” Tanyanya ramah.
“Hehe. Iya, Bu. Maaf ada apa ya?”
Jawabku dengan ramah pula.
“Sepertinya hari ini bis Jogja –
Godean kosong. Pada ikut mogok operasi, Dik.” Jelasnya padaku.
Aku pun menyangkal penjelasannya.
“Tapi tadi pagi saya lihat ada Jogja – Godean operasi, Bu”
Wanita paruh baya itu berkata
“Memang, Dik. Tadi pagi ada bis jurusan Jogja – Godean. Katanya mulai mogoknya
jam 10 pagi tadi, Dik”
“Oh begitu. Makasih, Bu” Jawabku.
“Iya, Dik. Mending adik minta
dijemput saja.” Katanya sambil tersenyum ramah lalu pergi.
Aku
pernah bertemu dengan wanita paruh baya itu, namun aku lupa dimana dan kapan.
Setelah mencoba mengingat – ingat aku teringat wanita paruh baya itu adalah
penumpang bis yang sama denganku beberapa hari yang lalu. Wanita paruh baya itu
membuatku, semakin resah dan hatiku tidak tenang. Aku bingung harus bagaimana.
Aku tidak ingin merepotkan kedua orangtuaku. Namun disisi lain, aku juga takut
jika tidak ada bis dan ingin segera pulang. Sedikitnya angkutan kota yang
kulihat semakin membuat resah hatiku. Jogja – Wates dan Jogja – Tempel yang biasanya
banyak berlalu lalang, hari ini jumlah yang sudah lewat bisa dihitung. “Duh,
bagaimana ini?” ucapku dalam hati. Aku mendengar suara adzan ashar
berkumandang. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke masjid yang berada di
sebelah selatan tempatku menunggu. Saat berjalan menuju masjid, aku melihat bis
Jogja – Godean berjalan ke arah selatan. Seketika hatiku sangat bahagia, aku
sangat senang sebab itu artinya ada bis Jogja – Godean yang beroperasi.
Aku
segera melanjutkan langkahku menuju masjid untuk segera sholat. Setelah selesai
sholat, aku memutuskan untuk menunggu Jogja – Godean di depan masjid agar tidak
perlu berjalan lagi. Tiga puluh menit berlalu, bis Jogja – Godean yang kutunggu
– tunggu pun datang. Ternyata bis yang tadi ke selatan yang datang. Aku segera
berdiri lalu berlari ke arah jalan dan segera menaiki bis tersebut.
“Alhamdulillah” ucapku untuk mengucap syukur. Saat pak kondektur meminta ongkos
aku memberinya Rp. 5.000, lalu ia mengembalikan Rp.1.000 padaku. Rupanya tarif
bis jurusan Jogja – Godean ini juga naik 30 % dari Rp. 3.000 menjadi Rp. 4.000.
Namun tak apa, yang penting aku bisa sampai ke rumah. Aku mendengar dari pak
kondektur bahwa bis ini adalah bis terakhir karena beberapa bis jurusan Jogja –
Godean yang lain mengikuti Organda pusat untuk mogok operasi. Aku kembali
mengucap syukur karena tidak ketinggalan bis yang satu ini.
J
Selesai J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar