Sabtu, 07 Maret 2015

Tugas Bahasa Indonesia Cerpen



Antara Aku, BBM dan Bis Jogja – Godean
Seperti anak remaja yang lain, aku menjalani aktivitas utamaku sebagai pelajar. Aku adalah seorang pelajar Sekolah Menengah Atas, namaku Nadia Muna Salma akrab disapa Muna. Aku baru saja menyelesaikan program studi di Sekolah Menengah Pertama dan itu artinya aku masih kelas X, tepatnya di X MIA 3. Di SMA ini aktivitasku agak berbeda dengan di SMP, dulu aku biasa diantar jemput oleh orangtuaku sedangkan saat ini aku hanya diantar saja dan pulangnya ‘Ngebis’. Masih beruntung, aku hanya perlu naik satu bis agar bisa sampai ke dekat rumahku. Aku hanya perlu menunggu bis bertuliskan Prayogo, Jogja – Godean itu di arah barat perlimaan pojok beteng kulon.
Pagi ini, aku menjalankan aktivitas seperti biasa. Saat perjalanan berangkat sekolah jalan sudah cukup padat. Aku hanya mencoba untuk menelusur pandangku pada kendaraan – kendaraan besar terutama bis. Aku mencoba untuk mencari bis berbadan abu- abu dan bertuliskan Prayogo pada badannya itu. Setelah memasuki daerah Demakijo terlihat bis yang sedari tadi kucari itu terlihat tergesa – gesa melewati traffic light yang sudah berganti warna dari hijau menjadi orange. Hatiku terasa lega karena adanya bis Prayogo itu mengisyaratkan bahwa bis jurusan Jogja – Godean ini tidak ikut mogok operasi. Kemarin, aku mendengar berita dari Televisi kalau organisasi angkutan darat atau disingkat Organda akan melakukan mogok operasi di seluruh wilayah Indonesia hari ini untuk menuntut disahkannya kenaikan tarif penumpang. Namun, terdapat beberapa angkutan umum yang tetap beroperasi dan mengaku jika tidak mendapatkan penghasilan jika tidak beroperasi. Mereka yang beroperasi ini menaikkan tarif penumpang secara sepihak agar tidak merugi.
Sesampainya di sekolah, aku memasuki kelasku dengan santai. Aku langsung menuju deret bangku kelima dari pintu. Disana sudah banyak teman-teman yang sedang asik mengobrol. Aku menyela “Selamat pagi kawan” sambil mengulurkan tanganku pada satu persatu teman yang ada disana. Tiba – tiba Anita memanggilku “Hei mun!”
“Ya?” Jawabku singkat.
“Nanti hati – hati lho pulangnya! Kan kemarin BBM habis naik, aku juga sempat denger kemarin kalau hari ini transportasi darat pada mau mogok kerja.” Ujarnya panjang lebar.
“Terus kenapa?” Lanjutku bertanya.
“Astaga, pakai nanya. Kamu kan biasanya pulang ngebis, nah bisa aja nanti nggak ada bis gara – gara Organda mau mogok operasi nasional.” Jawab Anita.
“Oh, soal itu. Aku juga udah denger kemarin di TV. Yang katanya Organisasi Angkatan Darat pada mau menuntut tarif penumpang ditingkatin gara – gara kenaikan BBM itu kan?” Sahutku.
“Yap” Jawabnya singkat.
“Santai aja, aku tadi di jalan udah liat ada bis jurusan Jogja – Godean kok. Itu artinya Jogja – Godean nggak ikut mogok operasi. Hehe” Jelasku dengan santai.
            Bel masuk pun berbunyi. Aku pun berjalan ke tempat dudukku yang berada di belakang bangku Anita dan Tiwi, aku menaruh tasku lalu duduk. Pelajaran berjalan seperti biasanya. Aku cukup bersemangat menjalani hari ini karena hari rabu adalah hari pulang satu jam lebih awal bagi siswa X MIA 3. Walaupun aku tidak terlalu menyukai pelajaran matematika peminatan yang banyak rumus dan menghitung, setidaknya pulang satu jam lebih awal cukup menghibur diriku sehingga tetap bersemangat di hari ini. Tak terasa jam demi jam pelajaran berlalu, jam ketujuh pun usai. Aku segera membereskan alat tulisku dan memutuskan untuk segera menuju perlimaan pojok beteng kulon agar bisa mendapat bis lebih awal.
            Sesampainya di tempat menunggu bis, aku duduk disebuah kursi panjang berwarna merah. Disitulah aku dan teman – teman ngebisku biasa menunggu bis. Namun, kali ini aku hanya menunggu bis sendirian karena teman – temanku belum pulang. Aku menunggu bis dengan bermain game yang ada di hpku. Aku hanya akan fokus melihat ke arah jalan setelah indikator waktu lampu apill menunjukkan detik 30 hingga lampu berubah menjadi hijau. Hingga tiga puluh lima menit berlalu, jam menunjukkan pukul 14.00 WIB, aku masih belum mendapat bis. Padahal biasanya pukul 13. 50 WIB, bisnya sudah datang. Aku mulai resah, “Jangan – jangan, bisnya ikut demo terus nggak ada bis.” Ucapku dalam hati. Namun, aku menepis pikiran itu dengan berpikir bahwa bisnya telat 10 menit.  
            Beberapa menit kemudian datang dua teman ngebisku, Firda dan Suci. Mereka duduk disampingku, kami pun mengobrol tentang berbagai hal. Lima belas menit kemudian, bis jurusan Jogja – Wates berbadan hitam legam melewati kami dengan hati-hati. Firda segera berdiri dan menarik lengan Suci. Suci berkata “Duluan ya, Mun”. Firda juga mengisyaratkan hal yang sama dengan melambaikan tangannya padaku. Setelah mereka pergi, sepi pun kembali terjadi. Aku memutuskan untuk membuka akun instagramku. Waktu terus berjalan, satu jam pun berlalu. Kini jam tanganku menunjukkan pukul 15.00, bis yang kutunggu masih juga belum datang. Tiba – tiba ada seorang wanita paruh baya menghampiriku.
“Adik? Adiknya nunggu bis Jogja – Godean?” Tanyanya ramah.
“Hehe. Iya, Bu. Maaf ada apa ya?” Jawabku dengan ramah pula.
“Sepertinya hari ini bis Jogja – Godean kosong. Pada ikut mogok operasi, Dik.” Jelasnya padaku.
Aku pun menyangkal penjelasannya. “Tapi tadi pagi saya lihat ada Jogja – Godean operasi, Bu”
Wanita paruh baya itu berkata “Memang, Dik. Tadi pagi ada bis jurusan Jogja – Godean. Katanya mulai mogoknya jam 10 pagi tadi, Dik”
“Oh begitu. Makasih, Bu” Jawabku.
“Iya, Dik. Mending adik minta dijemput saja.” Katanya sambil tersenyum ramah lalu pergi.
            Aku pernah bertemu dengan wanita paruh baya itu, namun aku lupa dimana dan kapan. Setelah mencoba mengingat – ingat aku teringat wanita paruh baya itu adalah penumpang bis yang sama denganku beberapa hari yang lalu. Wanita paruh baya itu membuatku, semakin resah dan hatiku tidak tenang. Aku bingung harus bagaimana. Aku tidak ingin merepotkan kedua orangtuaku. Namun disisi lain, aku juga takut jika tidak ada bis dan ingin segera pulang. Sedikitnya angkutan kota yang kulihat semakin membuat resah hatiku. Jogja – Wates dan Jogja – Tempel yang biasanya banyak berlalu lalang, hari ini jumlah yang sudah lewat bisa dihitung. “Duh, bagaimana ini?” ucapku dalam hati. Aku mendengar suara adzan ashar berkumandang. Akhirnya, aku memutuskan untuk pergi ke masjid yang berada di sebelah selatan tempatku menunggu. Saat berjalan menuju masjid, aku melihat bis Jogja – Godean berjalan ke arah selatan. Seketika hatiku sangat bahagia, aku sangat senang sebab itu artinya ada bis Jogja – Godean yang beroperasi.
            Aku segera melanjutkan langkahku menuju masjid untuk segera sholat. Setelah selesai sholat, aku memutuskan untuk menunggu Jogja – Godean di depan masjid agar tidak perlu berjalan lagi. Tiga puluh menit berlalu, bis Jogja – Godean yang kutunggu – tunggu pun datang. Ternyata bis yang tadi ke selatan yang datang. Aku segera berdiri lalu berlari ke arah jalan dan segera menaiki bis tersebut. “Alhamdulillah” ucapku untuk mengucap syukur. Saat pak kondektur meminta ongkos aku memberinya Rp. 5.000, lalu ia mengembalikan Rp.1.000 padaku. Rupanya tarif bis jurusan Jogja – Godean ini juga naik 30 % dari Rp. 3.000 menjadi Rp. 4.000. Namun tak apa, yang penting aku bisa sampai ke rumah. Aku mendengar dari pak kondektur bahwa bis ini adalah bis terakhir karena beberapa bis jurusan Jogja – Godean yang lain mengikuti Organda pusat untuk mogok operasi. Aku kembali mengucap syukur karena tidak ketinggalan bis yang satu ini.

J Selesai J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar